1.16.2020

teman yang tulus

Saya punya seorang teman, teman yang pertama menemani saya di rumah ini dan juga yang pertama meninggalkan saya di rumah ini. Mungkin saya menulis ini karena rasa kehilangan saya, apalagi perpisahan itu diakhiri dengan deretan cerita manis sebelumnya. Memang tidak berpisah seutuhnya, tapi jujur dalam hati saya sedikit bersedih..

Dia adalah seorang anak rantau, sama seperti saya. Mungkin hanya itu hal yang sama dari kami berdua, hal lain sungguh berbeda. Perbedaan itu tidak semerta-merta membuat kami tidak cocok, mungkin karena ketulusannya yang selalu terpancar di tiap omongannya, saya bahkan berfikir bisakah orang membencinya dengan pribadinya yang begitu tulus?

Dia ekspresif akan emosi yang dia rasakan yang kadang membuatnya terlihat lucu, dia anak yang baik bagi orang lain maupun bagi keluarganya walaupun dia memang takut akan hal yang baru dan takut akan kekecewaan. Sangat berbeda dengan saya yang begitu menyukai hal baru dan tidak takut akan kekecewaan. Hal unik lain dari dirinya adalah dia orang yang polos, tidak berani melakukan hal yang dilarang, dan tulus melakukan hal yang diperintahkan oleh orang yang dia sayangi. Sejumlah pertanyaan saya lemparkan padanya dan saya mendapat jawaban yang unik, dia tidak pernah menyontek, tidak pernah melanggar perintah orang tua, tidak pernah pacaran, bahkan tidak pernah punya gebetan sekalipun. Saya percaya dengan jawabannya, karena entah bagaimana saya melihat ketulusan di tiap jawabannya.

Hal yang saya kagumi dari dia adalah untuk diumur yang sekarang dia bukanlah orang yang egois. Di fase hidup ini saya banyak sekali melihat orang yang begitu egois dan menyebalkan, bahkan bisa melakukan hal yang tidak pantas untuk memenuhi egoisme yang dia rasakan. Berbeda dengannya, selama saya mengenalnya saya cukup merasakan keegoisan bukanlah hal yang terpancar darinya. Dia orang yang cuek, tidak mengetahui dan tidak ingin tahu hal-hal yang diluar lingkar kehidupannya, meski demikian dia tetap memikrikan untuk tidak ingin merepotkan orang lain atau menyusahkan orang lain dalam tiap keinginannya.

Dia terkadang begitu menyebalkan karena perbedaan kami membuat dia menyepelekan hal yang menurutku tidak sepele ataupun sebaliknya. Dia bukanlah orang yang sempurna, dia juga memiliki beberapa sifat buruk menurutku seperti emosian, manja, sulit menerima hal baru, sering menutup diri, takut untuk mencoba karena takut kecewa, dan tidak berfikir panjang dalam mengambil keputusan. Meski demikian banyak hal yang saya kagumi atau mungkin saya cukup iri darinya seperti kebaikannya yang tulus, kehangatannya dengan keluarga yang merupakan keluarga besar dan lengkap di daerah asalnya, sikap tiap orang terhadapnya yang tersihir akan ketulusannya, dan kecukupan yang dia miliki yang tidak membuatnya sombong, bisa dibilang dia orang yang royal.

Saya tidak menyangka akan menuliskan cerita ini disini tentangnya, mungkin karena saya adalah salah satu yang tersihir akan ketulusannya. Saya yang selalu terpikat akan kebaikan dan kehangatan yang saya dambakan. Semoga setelah fase hidup ini, saat sudah memiliki pekerjaan ataupun keluarga masing masing kita akan bertemu lagi, mungkin saya akan merindukan ketulusanmu.

1 komentar: